Sunday, March 31, 2013

Paaaaaa-noooooo-raaaaaa-maaaaa

Apa ya? Just another random post. PANORAMA :)


Read more!

Sunday, March 10, 2013

Prolog: Namaku: Refan

Hai, nama gue Refanus Aditya. Kalian cukup panggil gue Refan aja, dan ini kisah hidup gue.

Jakarta, 1994
          Oek.. Oek.. Oek..
     "Madam! Bayimu laki-laki. Lihat kemaluannya. Dia laki-laki!" Tegang yang menyelimuti atmosfer memudar. Tangisan makhluk ini memecah suasana.
         "Sayang, kamu memang hebat. Lihat bayi kita, dia begitu mempesona."
         "Madam! Tangisan ini bertanda sebuah kebaikan, jagalah dia dengan baik."
         "Pasti Sus."

Siapa yang pernah membayangkan, seorang bayi mungil bisa menjadi seorang raja yang agung? Alexander Agung membuktikannya. Sekarang, di abad 21, dimana galau sudah merebak dan menjadi mimpi buruk para jomblo, seorang pemuda akan rule the world. Betul, gue orangnya. Refanus Aditya.


===

        "Fan, dimana kamu? Ayo, nanti kamu terlambat. Hari ini kan hari terakhir Ujian Nasional, jangan sampai telat dong.”
     “Iya Pa, sebentar lagi. Ini tas nyangkut di lemari. Mboook, Mbook, bantuin Refan dong.” Dengan tergopoh-gopoh, Mbok Tuti menaiki tangga dan bantuin gue. Mbok Tuti itu pelayan setia yang udah mengabdi di keluarga. Sudah lebih dari 20 tahun, dari sebelum Papa menikah.
       “Aku datang Papaku sayaaaang.” Mama meringis melihat tingkah laku gue yang riang banget. Gimana gak riang, sebentar lagi gue bakal lepas dari celana pendek. Itupun kalau gue lulus dari Ujian Nasional ini. “Ma, aku berangkat ya.” Tidak lupa gue kecup punggung tangan Mama, sebagai restu menyelesaikan Ujian Nasional.
===

“Fan, kamu udah siap belum? Kemarin, aku sms kamu kok gak dibales. Udah tidur ya?” Clara, salah satu perempuan yang deket sama gue tapi yaaa, gitu deh. Anak SMP.
“Yah, siap-siap aja. Toh, Alexander Agung aja bahkan gak bisa prediksi dia siap untuk mati atau ng—”
“Alexander mulu, kapan lu berhenti dan coba cari idola baru sih? Kan banyak artis yang bisa—”
“Ada cewek, bego. Jangan ngomong sembarangan. Dasar bokep.”
“Apanya yang bokep? Lu kali yang bokep. Dasar otak mesum.”
“Dasar otak pisang susu.”
“Kecoak Bunting.”
“Apa, mbok lu bunting? Wah kacau, pasti elu pelakunya.”
“Udah! Berisik banget sih Put. Bentar lagi udah mau mulai ujiannya. Jangan ganggu konsentrasi Refan dong.” Clara yang sedari tadi diam, mendadak meledak tidak terima ehemnya dipermainkan seorang Putra Prasetyo Pratama. Putra ini temen gue sejak kecil, tepatnya pas SD. Dia itu sanguin, artinya dia friendly banget. Terbukti dari jumlah cewek yang udah di-php-in dia. Dia seorang musisi terbaik yang pernah gue liat. Lihai banget memainkan jemarinya di atas senar. Gitar adalah perempuan baginya.
“Enak yah ada yang belain. Pengen dong punya ehem, gandengan gitu.”
“Apaan sih Put? Gak usah nge—”
“Ayo anak-anak, ujian sudah mau dimulai. Jangan berisik lagi. Kamu yang berkacamata, jangan ngobrol terus. Lembar jawaban akan dibagikan.” Yah, pengawasnya sudah datang, padahal gue belum siapin contekan. Hahahaha. Eh, gue lupa bilang. Perawakan gue itu berkacamata, tinggi, bulet tapi ganteng. Makanya gue punya ehem-ehem. Kata Mama, anak SMP belum boleh pacaran, tapi gak ada larangan punya ehem-ehem.

20 Juni 2009

“Fan! Fan! Fan! Ada surat buat elu—”
“Berisik!”
“Fan bangun! Ada surat dari pemerintah!”
“Ada urusan apa gue sama pemerintah. Kemaren udah nemenin Mama bayar pajak kok.” Kesadaran gue masih belum penu
“Ini surat dari Depdiknas. Ini pengumuman Ujian Nasional elu. Bangun dong, dasar kebo.”
“Haaaaaaaaaaah?!” Gue tersentak dan berusaha duduk, tapi rasanya ada yang ganjil. “Vini! Jangan duduk di atas gue dong. Gue kan bukan bantal.” Vini atau Rivinius Adinda, adalah adik gue satu-satunya. Berperawakan menarik, dengan tingkat intelektual yang tinggi, serta didukung sikapnya yang bikin hati cowo nurut, sekarang available kok. Gue berasa kayak jualan adik gue. Dia not for sale. Maaf ya.
“Nih suratnya, baca sendiri.”
Sreeet… Sreeet… Perlahan tapi pasti, gue membuka amplop putih bercap pos itu. Wangi tangan mas tukang pos masih tercium. Selembar kertas bersih terlipat rapi. Tampak guratan tanda tangan, ketikan komputer dan sebuah tulisan. Samar tapi pasti, terlihat nama gue. Refanus Aditya, 24-153-789-8. Gue berusaha melirik mata untuk ke bagian bawah, melihat apakah gue lulus atau tidak. Hasilnya, gue lulus.
“Mama! Papa! Vini! Anakmu tercinta, terganteng, terbaik, terlucu, terpintar, teri ikan bawal pakai nasi goreng, lulus dari Ujian Nasional.” Lu tau kan rasa girangnya begitu lu lulus? Gue rasa lu girangnya setengah mampus. “Ahahahahaha, Aku lulus Mama! Papa! Vini.” Langsung gue peluk Vini yang kurus di depan gue.


===


Truut… Truut… Treek.
“Halu, Put-put, gimana hasil surat lu?”
“…”
“Kok diem sih? Gue lulus mamen! Wahahahahaha!”
“…”
“Weh, kok diem sih? Lu kenapa?” Muka gue yang riang tiba-tiba serius mirip Alexander Agung yang siap perang.
“Fan, kayaknya kita gak akan satu SMA, kita akan—”
“Maksudnya apa nyong? Lu lulus kan?”
“Gue… gue… gak lulus—”
“Putra! Dasar gila, mana mungkin gak lulus?! Selama ini kita udah pergi belajar bareng. Bahkan lu yang ngajarin gue. Kok bi—” Suara gue tertahan, gak bisa bayangin teman sejagat komplek gue harus gak lulus.
“Kampret, pernah diajarin gak sih untuk gak nyela orang pas ngomong? Gue gak lulus… buat ngerayain kelulusan… gue… bareng cewek gue…”
“Loh, emang sih Rani kemana?”
“Kemarin gue mainin, sampai yah gitu. Gak bisa bersuara lagi. Suaranya udah seok, kelamaan main sama gue.”
“Wah gila, dasar nafsu. Mending lu cari yang baru, biar pas digenjot, suaranya merdu.”
“Gak punya duit, habis gue pake buat main yang lain.”
“Dasar gila. Eh gimana kabar sih Clara ya? Lu ada kabar gak?”
“Mana gue tau, itu kan ehem elu, kenapa gue yang harus ngurus?”
“Hmm. Besok gue telfon lu lagi, Put. Ahahahaha. Pisang susu.”
“Kecoak bunting.”
“Emak lu bunting? Wah pasti elu pela—”
Treek… Tuut… Tuut…
Yah dimatiin hpnya, dasar Putra. Satu hal yang perlu lu ketahui, Rani itu sebutan buat gitarnya Putra. Gitar pertama yang dia beli pakai uang hasil jualan jambu curian. Hayoo, jangan mikir yang aneh-aneh. Dasar otak mesum.
Sebentar lagi liburan dimulai. Sebentar lagi masa-masa putih abu-abu gue dimulai. Masanya gue buat pacaran secara liar, eh benar maksudnya. Kira-kira gue harus sekolah dimana ya? Ada ide gak? Gue rencana mau coba cari beasiswa di sekolah swasta. Denger-denger banyak bule bertebaran di sekolah swasta. Kan lumayan dapet blonde gitu. Hehehehe.

Kisah hidup gue bermula dari sini. Ketika gue memutuskan untuk masuk sekolah swasta tanpa beasiswa. Walaupun adik gue tingkat inteleknya tinggi, bukan berarti gue pinter, gak berarti juga gue bego. Hahahaha. Tungguin yah, kisah hidup gue selanjutnya. Sampai Jumpa.


Read more!

Tuesday, March 5, 2013

Random Post : Nyahahaha!

Jujur, gue gak tau harus mulai darimana. Banyak banget hal yang terjadi sama gue belakangan ini. Kayak, salah nyapa orang dan berujung diliatin segerombolan orang atau salah nyahut karena disangka diajak ngobrol. Dunia ini emang adil bro, cewek cakep gak selalu indah bak cinta dibalik derasnya hujan.

"Van, kalau kamu jadi material selain manusia, kamu mau jadi apa?" - "Aku mau jadi angin, karna Aku terus bisa menjagamu dari debu. Aku bisa memberimu rasa sejuk. Menggelitik. Aku bisa membuatmu hangat. Yang terpenting, Aku selalu ada di dekatmu." ... :3

====

Akhirnya bro, BB gue terjelek, terbutut, terkotor, terhina sudah kembali di genggaman tangan. Semenjak akhir Januari kemarin, BB gue rusak dan gak kunjung sembuh. Selama proses transisi smartphone ke handphone, itu rasanya ada yang beda. Biasanya ngetik pake qwerty keyboard, sekarang pake keypad biasa. Ternyata oh ternyata, gue sangat rupawan gue NGGAK ketergantungan BB. Patut disyukuri, gue masih bisa hidup tanpa BB. Is it weird, if someone could not live without blackberry? Yes, because the one that you could not live without is You :)

====

Untuk pertama kalinya, gue ketemu sama tukang ojek yang gak mau nerima uang kembalian. Baru aja gue pulang naik ojek, dan kebetulan gue gak ada uang pas dan dia gak punya kembalian. Daripada repot, yah gue korbanin kembalian gue buat dikasih ke dia, tapi reaksinya DIA MENOLAK. Dia malah menawarkan besok bakal dibalikin. Wow. I really appreciate that action. Biasanya kan ojek seneng kalau dikasih uang lebih, atau mungkin mereka yang minta lebih?

Eh eh, lu tau gak sih, kalo malam minggu miko, sebuah serial yang dilakoni oleh Raditya Dika udah menuju akhir. Gue baru aja nonton dan WOW. Gue suka banget endingya. "Miko.." Rachel memeluk Miko. AAAAH PENGEN *berasa-kayak-cowo-nafsuan. Hmm, gue gak senafsu itu kok. Masih lebih gede nafsu makan gue, apalagi kalo lu bersedia kasih gue cawan mushi SETIAP HARI :3 It would be great

Hahahahaha, minggu depan udah mulai PRA UN 3 dan sebulan lagi udah UJIAN NASIONAL. Yang artinya gue akan lepas dari biru-coklat ini (seragam gue). Bentar lagi kuliah deh, semoga gue diterima deh. Gue mencoba untuk keluar dari zona nyaman. Hope it is work. :p Adios leviosa!

Read more!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...