Wednesday, September 4, 2013

Namaku: Refan. Bab 1

Prolog

Sekolah baru, seragam baru, pengalaman baru, guru baru, temen baru, kenalan baru, suasana baru, ide baru, sepatu baru, buku baru, pen baru, pensil baru, tas baru, cewek baru, istri baru. Jadi kepengen kawin, eh gak bisa deh, gue masih dibawah umur bahkan. Nonton pelem aja masih harus dikontrol. Ea. Mesum.

27 Juli 2009

Hari pertama masuk sekolah. Kesan gue? Bahagia. Kenapa? Wali kelas gue cakep banget, aduhai bodinya, bahkan lekukan gitar aja kalah. Udah gitu, suaranya juga merdu, sangking merdunya sampai memekarkan bunga mawar. Seriusan. Kalau untuk temen baru di kelas, jujur gue sangat asing. Wajarlah yah sekolah baru, kelas baru, kenalan baru. Semua berasa sangat berbeda sama jaman SMP gue. Ketika gue masih bisa sembarangan sok asyik sama cewek dan asal nembak, sekarang gue harus bisa jaga imej. Mereka gak boleh ngecap gue jadi anak freak, karena gue bukan freak. Gue adalah Batman.

Setelah bel berbunyi, di kelas diadakan tegur sapa. Masing-masing dari kami harus maju ke depan dan memperkenalkan diri. Sekarang, giliran gue.

"Bonjour!" Gue menggunakan bahasa prancis sebagai pembuka. Biar dikira gue ada keturunan bulenya.
"Perkenalkan, nama gue Refanus Aditya. Umur gue sama kayak kalian, masih di masa-masa ababil. Terus hobi gue ngedengkur di sebelah poster abu sasha. Gue percaya bahwa gue ada keturunan bulenya, terbukti dari muka gue yang mirip bule. Satu hal yang gue suka adalah cewek dengan poni sam-" Gue baru sadar, bahwa informasi gue berlebihan dan semua orang ngeliatin gue pake muka bego. "Kayaknya segitu dulu infonya, ada yang mau tau lebih?" Semua orang menatap satu sama lain, terus menggeleng bersamaan. Oke, ternyata gue emang keren banget sampe temen gue sendiri pun bengong.

Perkenalan masih dilanjutkan. Sekarang giliran wali kelas gue yang memperkenalkan diri.

"Selamat siang semua, perkenalkan nama Miss-" Aduhai denger suaranya aja udah bikin klepek-klepek. "Lana Keen. Kalian bisa panggil saya Ms. Lana atau Ms. Keen. Saya suka merajut dan memasak." Beh, ideal banget buat jadi istri. Apa yang kurang coba? "Miss, baru pertama kali jadi wali kelas. Jadi kalau ada kesalahan tolong dimaklumi ya." Beliau tersenyum. Kami kaum adam, cengo. "Ada pertanyaan?" Ini kesempatan gue buat kenal lebih deket sama dia.

Diacungkan jari telunjuk ke arah langit kelas, penuh girang gue bilang ... "Miss minta nomor telfonnya dong."
"Buat apa?" Beliau bertanya, raut mukanya berubah.
"Biar aku bisa callingan sama Miss setiap mal, eh setiap kalau ada masalah."
"Boleh. Ini aku tulis di papan tulis." Dengan sigap, gue ambil pen dan sebuah kertas dari meja sebelah. Ah, surga. Dapet nomor guru cantek.
"Eh Refan!" Ada yang manggil nama gue.
"Kena-" Gue nengok. Pupil gue membesar. Leher gue tegang. Mata gue belo. Ada malaikat tanpa sayap di sebelah gue. Ah! Oh! Yeah! Surga di dalam dunia. Gue, cengo.
"Ini pen sama kertas aku, kalau kamu mau pinjem kasih tau dong. Jangan -" Gue gak perduli kamu ngomong apa malaikat, mataku terpaku. Terpantek. Gak bisa ngehindar dari cantiknya wajah kamu. "... jadi gitu ya, jangan diulangin lagi." Gue masih cengo. "Refan, refan, kamu gapapa kan? Fan?" OH MY GOODNESS. "Kok kamu pucet. Sini bentar. Jidat kamu gak panas kok." Jidat gue dipegang. Dingin rasanya. Ah, melted. Ada yang ngalir. Darah. "Loh Refan, Fan?!" Gue mimisan. Pusing. "Refaaaaaan!" Suaranya makin terdengar pelan. Pelan. Pelan. Sunyi. Gelap. Gue pingsan di hari pertama masuk sekolah.

Bangun-bangun gue udah ada di UKS. Unit kesehatan setempat. Hidung gue dimampetin sama tissue. Gue ngeliat sekeliling. Gak ada orang. Kok gak seru banget, kan mestinya ada yang nemenin gue pas gue tertidur. Sedih. Sedih. Eh bentar, gue pegang jidat gue. Uh! Masih berasa ada sentuhan. Soft touch. Ah, gue harus kenalan sama dia.

===

Lewat beberapa minggu, gue baru sadar bahwa malaikat tanpa dosa yang nyentuh jidat gue adalah bekas mantan temen gue yang akhirnya berubah menjadi mantan best friend temen gue, yaitu gue sendiri. Intinya, itu mantan gue. Glek. Gue gak sangka dia jadi kayak gini, 

Sebuah kesalahan gue mutusin dia.
Ah, padahal gue udah move on. Sekaran gue uda di friendzone lagi. Dunia berat sebelah deh. Mari kita akhiri cerita gue yang udah mulai gak berujung, tepatnya gue gak tau apa yang harus gue ceritakan lagi ke kalian. Pembaca kisah hidup gue. Kelas SMA 1 gue berakhir dengan tidak mulus. Pincang. Nilai naik turun, kisah cinta yang mulai membara tapi padam sama dinginnya friendzone, harus berjuang keras biar bisa kurus dan dicintai kaum hawa. Masa yang lalu tapi tidak indah untuk dikenang. Hahahahaha.

Rada ngebut ya? Tapi ini kan kisah gue. Terserah gue mau ceritain bagian yang mana. Jangan kepo gitu dong, kepo kan gak baik buat kalian. Gosipin orang lain itu gak bagus loh. Hahahaha. Gue udah ceritain secara cepet kelas pertama gue di SMA, nah gimana dengan kalian? Masih inget gak sama masa-masa kalian masih bersikap layaknya anak SMP yang baru lulus.

I do miss my Grade 10. This is part 1 and wait for part 2, next week probably. A bientot!


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...