Monday, July 23, 2012

Bagian 4

Bagian 3
ALDO

Ketika, kurasakan sudah ada ruang di hatiku yang kau sentuh.
Dan ketika, ku sadari sudah tak selalu indah cinta yang ada.
....

"Suara petikan dawai bersenar itu, makin indah ditambah suara merdu Aldo. Ya, Aldo sedang bertengger di jendela sembari bermain gitar. Entah apa yang ditatapnya. Matanya sendu melihat ke arah rembulan. Cahaya rembulan menyinari wajahnya. Sedih nampaknya." Gumam Jamdi (jam dinding).

Bila memang, ku yang harus mengerti mengapa cintamu tak dapat ku miliki.
Salahkah ku bila kau lah yang ada di hatikuuuuu uuuuu ....

Mendadak hp Aldo berdering, seketika itu juga Aldo berhenti bermain gitar karena mendengengar dering ringtone yang keluar dari Nokianya .

"Babe, cowok kesayangan kamu nelfon tuh. Putra cayang dihujung sanach :*." Nokia berkata dengan lantang, walau ia tau Aldo tidak akan pernah mengerti dirinya. Aldo mengambil telefonnya.

"Halo.." Sapa Aldo.

"Baby, sedang apa kamu? Aku rindu sama kamu disini. Aku dengar kemarin kamu udah baikan ama Manda ya? Sejujurnya aku cembu-" Sahut Putra dari ujung sana dengan amat gembiranya.

"Homo." Balas Aldo dengan datarnya. "Pasti elu yang ganti ringtone hp gue ye? Pas minggu lalu kita pergi makan bareng."

"Ih baby, gahar banget sih. Iya, kamu bermasalah dengan itu? Biar kamu inget teyuch sama akuch.. Anyway, lagi ngapain bro?"

"Berisik! Biasa, lagi sentil-sentil senar. Tumben nelfon gue, ada apaan nih?"

"Aku hamil bro. Lawak lu." Putra tertawa kecil. "Nggaklah. Gue ngerasa ada beda sama lu belakangan ini. Seminggu ini tepatnya. Masih bermasalah sama Manda?"

"Well, begitulah." Aldo mendengus.

"Gue hadir untuk mendengarkan. Akuch disinich untuks kamuch sajach. Muaaach."

"Put gue mules nih. Hmm. Udah seminggu ini Manda selalu matiin hp kalau gue sms atau telfon. Gue dateng ke rumah, pembantunya bilang nona gak di rumah. Bingung gue put. Gak ada petunjuk. Argh!"

"Oh, emang masalah awalnya bagaimana sih? Inti dari permasalahan lu ini?"

"Awalnya cuman miskomunikasi. Dia pengen gue dateng ke rumah dia, tapi gue gak bisa. Lagi ada keperluan penting-" Belom selesai Aldo bicara, Putra langsung memotong. "Keperluan penting, tapi mention-mentionan terus sama Shilla. Hehe."

"Put? Gue gak ama Shilla. Ya ampun. Mention sebagai temen emang gak boleh? Sedeket-deketnya di twitter gak akan sedeket di dunia riil kan?"

"Iya sih, tapi Shilla kayaknya suka sama lu deh. Liat aja di kampus, suka senyum-senyum sendiri kalau lagi sama lu. Terus suka ngeliatin elu. Inilah cinta bro. Cinta!"

"Sebenernya sih terserah lu." Wajah Aldo tampak tidak senang.

"Santai dong bro. Walau lu sayang sama Manda, tapi kalau Mandanya udah bisu lu harus berpikir juga dong. Bro bro, udahan dulu ya. Dipanggil cayangku nih. Hehe."

"Bye, titip salam ke cayangmu." Aldo mematikan hp.

"Ya, dapat dilihat Aldo kembali memalingkan wajah ke jendela. Tatapan yang sama lagi." Komentar bung Jamdi.

Mungkinkah yang dikatakan itu benar, Manda, apakah itu benar?
Bahwa kamu sudah bisu. Diam. Mempermainkan aku?
Hmm. Terima kasih. Kamu perlu tau, aku masih tetap mencintaimu.

"Aldo, aku masih tetap ada disini. Entah kamu mau apakan aku, tapi aku akan setia menemani." Batin Nokia yang seolah membaca pikiran Aldo. "Mungkin cara Putra adalah yang terbaik, mungkingkah?!"

Entahlah

Bersambung. . . 

*Kejadian hanya sebuah fiksi, jikalau ada kesamaan kejadian dan tempat berarti cuman kebetulan.
Lirik lagu : Maliq and D'Essentials - Untitled, Ringtone: It's Your Bro Friend Calling For a Man Date

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...