Tuesday, December 27, 2011

#cumanaksirunite -- Just Stare and Smile :)

Inilah pengalamanku, tidak memacari maupun tidak dipacari. Hanya ... Naksir.

Berawal dari pertemuan pertama di bangku kelas satu SD. Sebut saja namanya Lampu, dan ia adalah seorang perempuan. Kenapa Lampu? Dia menerangi gelapnya hatiku di tengah anak-anak baru di SD dan memotivasi diriku di masa tergoda oleh perempuan lain.

Awalnya kami tidak mengenal satu sama lain. Lampu mempunyai cici, dan kokoku mengenalnya. Di situlah koneksi pertama kami, mengenal hanya sebatas memandang. Mata dengan mata. Tidak ketinggalan, suster-ku (orang yang mengantar dan menjemput ke sekolah) memiliki koneksi khusus kepada suster Lampu. Asyik! Aku punya banyak koneksi.


Tahun pertama:
Tahun pertama berjalan dengan cepat. Wajar aku tidak sekelas dengannya, hanya dapat memandang ketika sedang istirahat pertama atau kedua. Tidak ada yang tahu mengenai perasaanku ini selain mata dan hatiku. Naksir pada pandangan pertama itu emang sulit buat dihindari.

Ah lampu, kamu begitu indah bak permata di pinggir kali :3 -- Bagi mata anak SD sih tampaknya .... BOLEH lah

Tahun kedua:
Inilah cobaan, tidak terduga, aku sekelas dengannya. Gembira tak kepalang. Di zamanku itu, rasa suka digambarkan dengan persen. Contoh :

Gue : Aku suka kamu!
Lampu : Berapa persen ?
Gue : 95%
Lampu : 5% nya ?
Gue : Cadangan buat cewek lain
Lampu : ...

Dialog di atas adalah fiktif, karena ngomong saja aku tidak berani. Berbulan-bulan hanya menatap saja, tetapi tetap senang rasanya. Tampaknya dia tidak menyadari seberapa seringnya aku melirik dengan mulut tertutup.

Hingga suatu hari ... ketika lagi di perjalanan menuju rumah dari sekolah, susterku mengatakan bahwa Lampu menyukaiku. Argh, bagai diterpa tiupan pelan angin dan bunga sakura yang berguguran. Senang tak kepalang, tapi aku sadar realita. Berita ini belum tentulah benar. Suster-ku mulai berkata bahwa Lampu membicarakanku, aku ini badannya besar dan berbagai hal lainnya, tapi tidak mengungkit kegantengan wajahku.

Setelah seminggu, entah mengapa setiap mandi aku selalu berpikir. Aku ini layaknya kingkong yang mempunyai pacar seorang putri dari negeri kahyangan. Seringkali sesudah mandi aku berdiri di depan cermin dan berkata "Kamu adalah KingKong."

Berbulan-bulan terlewati, memasuki bulan-bulan terakhir dalam kelas dua ini. Aku memberanikan diri untuk mempertanyakan kevalid-an dari berita / rumor / isu / gosip tidak jelas itu.

Gue : Lampu...
Lampu : Iya?
Gue : Aku dengar dari susterku, katanya kamu...
Lampu : Kenapa?
Gue : Kamu suka sama aku?
Lampu : ... (diam dan berpaling muka)

Dialog di atas, gue lakukan ketika kelas sedang berlangsung. Suasana saat itu yang sedemikian berisiknya mendadak terasa diam dan sunyi, hanya berasakan aku dan Lampu saja. Saling menatap bingung dan penuh tanda tanya. Anehnya, tidak ada satupun teman aku yang mendengarkan dialog ini. Dunia seolah-olah berhenti mendengar ketika aku mengucapkan hal itu.

Reaksi Lampu? Dia hanya memalingkan muka dan tidak menjawab. Itulah terakhir kalinya aku berbicara dengannya. Sejak saat itu ia tampak enggan untuk berbicara kepadaku, ketika bertemu denganku ia memalingkan wajahnya sejenak kemudian melihat ke arah lain. Argh, sungguh disesalkan. Aku memberanikan diri untuk bertanya, tapi tampaknya rasa berani itu tidak kunjung datang. Aku menyerah.

Tahun ketiga:
Kami tidak sekelas, tetapi kelas kami bersebelahan. Dia masih tetap memalingkan wajahnya, aku tetap sama dengan tahun sebelumnya. Diam, terpaku. Sesekali aku menangkap beberapa temanku menggoda Lampu. Pasrah? Tidaklah, memang dari awal kan naksir saja tidak cemburu atau pun apa, hanya terasa menyesal saja mengapa aku tidak bisa berbicara lagi dengannya.

Tak apa walau tak bisa berbicara, asalkan masih bisa melihatnya itu sudah merupakan sebuah anugrah :3

Tahun keempat:
Sekarang sudah memasuki kelas 4. Aku tidak menemukan namanya di absensi setiap kelas. Kemanakah Lampu pergi? Seminggu berlalu, barulah aku menemukan jawaban. Lampu pindah sekolah... Apakah dia pindah karena aku? (Mengapa segitu percaya dirinya aku), apapun alasannya ia pindah pastilah bukan karena aku.

Sampai sekarang, aku benar-benar terputus kontak dengannya. Facebook, Friendster ataupun twitter, belum pernah aku menemukannya. Aku berharap ia tumbuh menjadi putri yang cantik dan masih bisa menyinari hatiku.hehe.

Dear Lampu, semoga lu juga baca deh jadi nostalgia gitu :)

Sekian...

Itulah, pengalamanku. Mau dianggap true story boleh, fiksi juga boleh. Cerita ini tidak 100% persis dengan kejadian yang terjadi. Biarlah yang terjadi (yang asli) hanya tercatat di otak bagian tengahku saja :)

Cerita ini dituliskan untuk mengikuti lomba dari @hurufkecil

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...