Wednesday, June 13, 2012

Bagian 1

Tik.. Tik.. Tik..

Lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, ... lima puluh lima, lima puluh enam, lima puluh tujuh, lima puluh delapan, lima puluh sembilan, enam puluh, satu, dua, tiga, empat, ...

"Ini orang gak capek apa? Setiap saat ngeliatin gue terus. Gue aja yang diliatin ngerasa risih. Apa yang salah sama lu sih bang?" Celoteh jam dinding yang hidungnya bergerak ke kanan kiri.

"Biarin aja toh, gak ada salahnya dia liatin elu juga. Toh emang lu fungsinya untuk dilihat. Mending daripada di buka paksa dan digigit-gigit." Balas kulit pisang yang terkulai lemas setelah 'pembukaan paksa'.

Pfft.. Pfft.. Bruuut..

"Argh, dia ngeluarin angin lagi." Celoteh kipas angin yang sedari tadi menghisap udara dan menghembuskannya kembali.

Sreet.. Sreet.. Sreet.. Cepletak.. Nyiiit.. Nyiiit.. Sreet.. Sreet..

"Hahahahaha! Hahahahahaha! Gue mohon berhenti sekarang juga. Gue geli, sumpah ini geli banget. Jangan digores-gores badan gue. Geli!!" Teriak kertas putih itu yang sedang ditulisi.

"Ssstt.. Bisakah kalian diam sebentar? Kalian gak lihat dia sedang menulis sebuah surat? Televisi! Kecilkan suaramu sekarang. Biarkan dia berkonsentrasi dengan apa yang dikerjakan." Perintah pensil yang sedang digaet dia untuk dipakai menulis.

Ngieeek.. Braaak.. Cengiiit... Cengiiiit...

"Ayo kemari, ayo kemari. Peganglah aku. Kalungkanlah aku. Aku akan terus menemanimu, hingga ada yang melepaskan kita."

Braaak.. Braaak!! Argh! Aaaa-aa-a-....

"Lihat kakinya sudah tergantung, aku tak akan melepaskan kamu. Aku janji." Komentar tali yang tergantung di langit-langit dan sedang menahan seseorang.

Bersambung . . . 
Bagian 2
*Kejadian hanya sebuah fiksi, jikalau ada kesamaan kejadian dan tempat berarti cuman kebetulan.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...