Thursday, April 29, 2010

cerita dari Anonim

from old blog http://karyaindonesiaku.blogspot.com (not exist)

pagi itu, dinda diajak jogging lagi sama si dia. sebenarnya dinda gak enak badan, sakit dinda kumat lagi. tapi dinda ingin sekali ketemu dia, melihat dia, mendengar leluconnya, tawanya yang khas. duh... dia begitu kuat, langkahnya begitu lebar, tak kuat dinda mengikutinya, tertinggal dinda, hanya punggung atletisnya yang terlihat. sekilas dinda pikir si dia hendak mengulurkan tangannya, ingin kuraih, ingin kupegang... aduh entah karena hanya lamunan dinda, entah itu kenyataan; yang pasti konsentrasi dinda jadi terpecah, keseimbangan dinda hilang. kaki dinda yang memang sudah lemas tak kuasa menahan beban. terjembrab dinda. ingin kupanggil dia, ingin dinda dituntunnya... tapi entah mengapa dia terasa begitu jauh... dinda putuskan untuk langsung pulang saja, kepala dinda kok nyut-nyutan ya...

ternyata dinda mimisan, langsung aja habis mandi dinda rebahan di ranjang. terbayang punggungya di pelupuk mata dinda. rinng rinng...
duh suara apa sih... ganggu tidur dinda aja, mana masih mimisan lagi... "halo..." terdengar suara yang khas si dia menyapa. berdetak kencang jantung dinda. dia mengajak dinda untuk ke mal. tapi dinda masih capai... ketika dinda hendak mengiakan, huk huk... duh jadi batuk-batuk deh, yuek... amis banget darah dinda, kental, kok makin amis ya, ternyata makin banyak mimisan dinda. terpaksa deh dinda berbohong, dinda lagi makan coklat, coklat yang enak, coklat yang ... bohong lagi, bohong lagi... kapan dinda akan ceritakan padanya keadaan dinda yang sebenarnya, bahwa dinda tidak bisa selamanya berteman, dinda tak kuasa membayangkan ini semua. biarlah ini hanya mimpi, mimpi yang akan hilang ketika dinda bangun. "Tuhan, biarkan dia menemukan seorang yang bisa mengasihi dia dengan abadi. Makasih Tuhan, walau dalam tiga tahun dinda kenal dia ini, walau terasa begitu jauh, walau begitu pendek waktu ini, tapi makasih Tuhan, Engkau ajar dinda mengasihi dia, berikan keberanian untuk mengatakan keadaan dinda kepadanya..."

duh berisik banget sih si nita, sore sore teleponan, gak tau dinda lagi pusing ya...

sebenarnya dinda pengen tidur terus... mungkin sudah waktunya kali ya dinda untuk pulang... mama pernah bilang penyakit dinda mirip punya mama, tapi lebih ganas. paling cuma separuh umur mama...

mau apa si rinto menelepon, pengen kututup saja, tapi tiba-tiba rinto bercerita tentang dia. dinda pikir si dia gak pernah perhatian sama dinda, tapi rinto berkata lain. masa sih. tak percaya dinda. makanya dinda ajak rinto ketemu, ingin liat mukanya. kata mama dari muka kelihatan apakah seseorang berbohong atau tidak.

"to, jangan bohong, gak mungkin dia perhatian sama dinda. dia cuma ngajak dinda jogging selama ini, karena kos dinda dekat rumahnya," sambil dinda pukul rinto. Dengan serius rinto memandang dinda, "bener Dinda." "Thanks, ya to udah kasih tau dinda." jantung dinda berdetak kencang. begitu kencangnya sehingga dada dinda sakit, "duh Tuhan, kasih dinda setahun lagi, dinda ingin..."

Dinda... Dinda... suara rinto makin tidak kedengaran, bayangan si dia makin pudar...

3 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...